Raksasa Kecil

putri
3 min readAug 29, 2022

--

Photo by Vadim Bogulov on Unsplash

Dongeng tentang raksasa begitu mencengangkan. Ia seorang yang cacat. Dikatakan cacat sebab mungkin ada beberapa aspek yang tidak sempurna. Meski begitu ia kini mendeklarasikan diri menjadi raksasa. Namanya raksasa kecil.

Raksasa namun kecil. Begitu kontradiktif. Seperti banyak hal-hal yang disematkan manusia dalam beberapa pengandaian. Misalnya tentang ungkapan aku yang mencintaimu sekaligus membencimu. Mana kebenarannya? Mencintai atau membenci? Begitu kontradiktif. Raksasa digambarkan sebagai makhluk besar, mengerikan, dan menyeramkan namun ia juga dikatakan kecil. Raksasa kecil sejatinya besar atau mungil? Raksasa kecil bagaimana rupanya? Apa ia kecil sekecil tikus? Atau kecil sekecil muka kambing? Namun jelas kambing tidak memiliki muka yang kecil. Jadi apa ia punya moncong seperti milik kuda yang juga kecil? Lupakan saja angan-angan itu, raksasa kecil tak mengetahui mukanya sendiri.

Raksasa kecil itu tidak tahu diri. Raksasa kecil sejatinya hanya anak-anak yang berotak raksasa. Disebut raksasa sebab tingkahnya tak seperti manusia. Dikata binatang pun namun berwujud manusia. Agaknya terlalu kejam jika menilai layaknya binatang sebab manusia tak sepantasnya menilai manusia lainnya karena ia sama sama manusia juga, satu kata benda yang sama. Namun apa boleh dikatakan jika memang kebenaran tentang segala sikap buruk manusia melekat padanya.

Raksasa kecil tidak kecil. Jika dibandingkan dengan fisik anak-anak lainnya ia tumbuh sempurna. Bahkan ia berlemak. Tandanya, kehidupannya amat makmur hingga ia bisa menimbun lemak. Namun lemak di perutnya boleh dikatakan sebagai gumpalan daging yang kebetulan menumpang di tubuhnya saja. Tak ada keistimewaan antara anak bertubuh gembil atau kurus. Mereka tetap anak-anak. Anak-anak yang akan terlihat seperti anak-anak gemuk pada umumnya. Jadi mengapa dinamakan raksasa kecil sedangkan ia tidak kecil melainkan gemuk?

Jika diminta penjelasan mengenai dongeng tentang raksasa maka penulis memiliki gambaran tentang raksasa yang terangkum dalam bermacam versi. Raksasa itu adalah raksasa jika: (1) dikatakan ia punya sifat seperti raksasa, yakni suka memakan anak-anak; (2) bila diamati tindakan serta ucapannya tidak seperti manusia, manusia (mamalia yang punya akal dan pikiran)ia bertindak atas kesadarannya sendiri, jadi dikatakan sebagai raksasa apabila ia bertindak tidak berdasar pada akal dan pikirian juga dengan kesadaran penuh; (3) dilabeli raksasa sebab ia menyeramkan baik dalam tindakan serta dalam pikiran, terbaca ia punya pikiran-pikiran yang kejam; (4) manipulatif, bersifat manipulasi: licik, kasar, culas, penipu, pembohong, bengis dan segala sifat yang jelek-jelek yang tidak bisa ditolerir.

Jika keempat komponen itu teridentifikasi melekat pada diri seseorang maka bisa dikatakan bahwa ia adalah rakasasa versi penulis. Bila hanya satu poin yang melekat maka penulis berpikiran bahwa manusia itu berpotensi menjadi raksasa. Lalu bagaimana dengan raksasa kecil? Raksasa kecil adalah semua komponen tersebut yang melekat pada jiwa manusia kecil, yakni anak-anak. Disebutkan sebagai raksasa kecil sebab ia berpotensi menjadi raksasa sempurna apabila besar nanti.

Maka jika menemukan makhluk semacam ini hendaklah berhati-hati. Sebab ia bisa menipu manusia dewasa dengan menjadi anak-anak manis dan keren yang lucu serta lugu namun begitu ia membalik badan akan muncul beragam reaksi dari raut wajahnya. Diantaranya: mengejek, mencela, menghina, mencemooh, mencaci dan semua yang jelek-jelek yang benar-benar jelek. Jika menganut paham dari kbbi, jelek artinya tidak enak dipandang mata. Jadi ekspresi yang ditampilkan di belakang kita adalah ekspresi yang tidak seharusnya dilihat oleh mata kita. Sebab sebaiknya manusia waras menjaga matanya agar melihat hal-hal yang indah-indah dan tidak menyakiti penglihatannya yang berujung pada sakit hati apabila memperhatikan ekspresi yang benar-benar jelek tersebut.

Bermunculan tanya-tanya apa yang bisa menyebabkan ia menjadi raksasa sedemikian rupa. Sebab jika melihat usia, ia hanya anak-anak. Namun ternyata bibit-bibit raksasa bisa juga terjadi secara turun-temurun. Maka melalui sisi ini seharusnya yang diamati adalah genetik si raksasa kecil. Apakah ia punya mama atau papa raksasa? Apakah salah satunya? Ataukah keduanya? Jika iya, maka jawabannya adalah bencana. Bayangan penulis ini masih samar-samar tentang seorang ibu raksasa. Jika iya, maka benar-benar bencana. Ibu yang menjadi raksasa maka benar-benar bencana pada anaknya. Ibu yang demikian maka benar-benar adalah mengerikan.

23.02

--

--

putri
putri

Written by putri

Interested in children's book and children's literature 🌞🐾🌸

No responses yet