Ekspresi Jiwa | Puisi

putri
2 min readApr 8, 2023

--

Photo by Ahmad Odeh on Unsplash

Ketakutan. Menjerit semua hal-hal menyeramkan yang berada di depan mata. Tempat itu begitu sesak dengan tangis bayi-bayi. Abaikan! Acuhkan! Sebab kamu tak mengenalnya. Manusia kecil itu mungkin ketakutan sebab lingkungan yang betul-betul asing. Juga kecepatan suara-suara yang nyaring dan nyaris membuatnya gila. Juga bermacam ketidaknyamanan yang membaluti jiwanya. Ia begitu ketakutan. Tangis itu benar-benar seperti ia sedang dikejar. Entah oleh apa.

Itu seperti teror yang halus. Mengejarku, mengawasiku, memenjarakan aku dalam sebuah kotak misteri. Aku terpenjara dalam kegilaan yang semakin hari semakin menjadikan diriku begitu kerdil dan terpencil.

Luapan emosi itu perlahan hadir. Mereka akan semakin menggila ketika benar-benar ingin mengurai masalahnya. Semua hal-hal yang tak ingin dijumpai akan hadir dan menampakkan diri. Halusinasi! TIDAK NYATA!

Semua hal-hal yang indah pada akhirnya juga akan menyimpan sendiri durinya. Semua hal-hal yang sempurna hanya terlihat dipermukaan saja. Semua ialah ilusi.

Siapa dirimu yang sebenar-benarnya?

Hanya nurani yang mampu menjawabnya.

Adalah aku tak ingin mengetahuinya. Aku tak ingin berurusan dengan hal semacam itu. Aku tidak tertarik untuk menjadi sepertimu. Aku ialah aku yang hanya adalah diriku. Aku hanya ingin memeluk diriku.

Penolakan ialah terletak dalam dirimu sendiri. Akal sehat dan segala nurani ialah tercermin sehari-hari. Maka tengoklah kepada diri sendiri. Dirimu yang kecil. Dirimu yang dahulu kala juga terluka dan pernah mengalami hal-hal yang sering menyakiti. Segala hal yang telah terjadi. Segala yang sudah dimiliki. Tidakkah diri itu begitu kejam kepada dirinya sendiri yang sedang meringkuk dan menangis dengan ketakutan.

Ialah ia yang tak mengerti apa-apa dan tak pernah mengharapkan apa-apa. Ialah ia yang hanya ingin bermain dan gembira. Ialah ia yang betul-betul pernah berteman dengan derita. Ialah ia yang selalu mengalah. Ialah ia yang selalu berontak. Ialah ia yang selalu berani menentang mata-mata kejam. Ialah ia yang hanya menginginkan keselamatan. Ialah ia yang telah menerima dirinya.

Baik maupun kurangnya.

Segalanya hanya penerimaan.

Tuhan Gusti. Saya ikhlas. Saya rida..

Saya menerimanya.

Jika memang ini jalan hidup saya. Saya menerima segalanya. Saya akan bernapas. Saya ingin hidup. Saya bermimpi dengan mereka. Mereka yang benar-benar indah. Jiwa yang sangat indah. Sebab menjadi indah ialah tidak mudah.

2022–2023

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

putri
putri

Written by putri

Interested in children's book and children's literature 🌞🐾🌸

No responses yet

Write a response